ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV/AIDS
1. Pengertian
- AIDS atauAcquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired
: Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune
: Sistem kekebalan tubuh
Deficiency
: Kekurangan
Syndrome
: Kumpulan gejala-gejala penyakit
- Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
- AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
- AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
- AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )
- Etiologi
AIDS disebabkan
oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang nama
ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral
yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas
yang kuat terhadap limfosit T.
- Patofisiologi
Sel T dan
makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang
juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus
dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler
makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag
dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4
mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit
baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah
200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau
dimensia AIDS
- Klasifikasi
Sejak 1 januari
1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C) dan
orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
a.
Kategori Klinis A
Mencakup satu
atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B
dan C.
1.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang simptomatik.
2.
Limpanodenopati generalisata yang
persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty )
3.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai
atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
b.
Kategori Klinis B
Contoh-contoh
keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
1.
Angiomatosis Baksilaris
2.
Kandidiasis
Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
3.
satu dermaton saraf.
4.
Displasia
Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
5.
Gejala
konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1
bulan.
6.
Leukoplakial yang berambut
7.
Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian
yang bebeda / terjadi pada lebih dari Idiopatik Trombositopenik Purpura
8.
Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan
abses Tubo Varii
c.
Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja
mencakup :
1.
Kandidiasis
bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
2.
Kanker serviks inpasif
3.
Koksidiomikosis ekstrapulmoner /
diseminata
4.
Kriptokokosis ekstrapulmoner
5.
Kriptosporidosis internal kronis
6.
Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau
kelenjar limfe )
7.
Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan
penglihatan )
8.
Enselopathy berhubungan dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
9.
Herpes simpleks (ulkus
kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10.
Histoplamosis diseminata /
ekstrapulmoner )
11.
Isoproasis intestinal yang kronis
12.
Sarkoma Kaposi
13.
Limpoma
Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
14.
Kompleks
mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
15.
M.Tubercolusis
pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16.
Mycobacterium, spesies lain,diseminata /
ekstrapulmoner
17.
Pneumonia Pneumocystic Cranii
18.
Pneumonia Rekuren
19.
Leukoenselophaty multifokal progresiva
20.
Septikemia salmonella yang rekuren
21.
Toksoplamosis otak
22.
Sindrom pelisutan akibat Human
Immunodeficiency Virus ( HIV)
5.
Gejala Dan Tanda
Pasien AIDS secara khas punya
riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti
flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati,
keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama
penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling
umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan
suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal
- infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala
tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat,
lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar
getah bening, dan bercak merah ditubuh.
- Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh
pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh
hasil positif.
- Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
6.
Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia,
herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
v kompleks
dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada
sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
v Enselophaty
akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise,
demam, paralise, total / parsial.
v Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
v Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan
Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
Ø Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
Ø Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma
Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
Ø Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus,
virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan
zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
·
Pandangan
: Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
·
Pendengaran
: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.
7. Penatalaksanaan
Belum
ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
Ø Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin
dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
Ø Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah
hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.
Ø Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang
tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
Ø Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
Ø Mencegah infeksi
kejanin / bayi baru lahir.
Apabila
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :
- Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan
menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial,
atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
- Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA
(1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini
menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang,
AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
- Terapi Antiviral Baru
Beberapa
antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat
ini adalah :
v Didanosine
v Ribavirin
v Diedoxycytidine
v Recombinant
CD 4 dapat larut
- Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya
rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
- Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
- Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi
sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens.
Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum
berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik,
kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini
harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens
pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang
berhubungan dengan kelainan hospes :
·
Kerusakan
respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi,defisiensi nutrisi,penuaan,aplasia
timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti limfosit,disfungsi timik congenital.
·
Kerusakan
imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia
congenital,protein – liosing enteropati (peradangan usus).
b.
Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
ü Aktifitas / Istirahat
Gejala
: Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda
: Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan
TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
ü Sirkulasi
Gejala
: Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda
: Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,
perpanjangan pengisian kapiler.
ü Integritas dan Ego
Gejala
: Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari
doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda
: Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
ü Eliminasi
Gejala
: Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda
: Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri
tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan
karakteristik urine.
ü Makanan / Cairan
Gejala
: Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda
: Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk,
edema
ü Hygiene
Gejala
: Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda
: Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
ü Neurosensoro
Gejala
: Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda
: Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
ü Nyeri / Kenyamanan
Gejala
: Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda
: Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
ü Pernafasan
Gejala
: ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda
: Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
ü Keamanan
Gejala
: Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi
imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda
: Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran
kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
ü Seksualitas
Gejala
: Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil
pencegah kehamilan.
Tanda
: Kehamilan,herpes genetalia
ü Interaksi Sosial
Gejala
: Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda
: Perubahan interaksi
ü Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala
: Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan
obat-obatan IV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a.
Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian
masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan
penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
1. Serologis
v Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA.
Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
v Tes blot western
Mengkonfirmasi
diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
v Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
v Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
v T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel
suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
v P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV
) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi
progresi infeksi
v Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal
v Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi
sel perifer monoseluler.
v Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces,
cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi
: parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT
Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
4.Tes Lainnya
a.
Sinar X dada
Menyatakan
perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi
lain
b.
Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal
pneumonia interstisial
c.
Skan Gallium
Ambilan difusi
pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
d.
Biopsis
Diagnosa lain
dari sarcoma Kaposi
e.
Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan
biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
b. Tes Antibodi
Jika seseorang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi
dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3
– 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan
mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif.
Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan
memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985
Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadar Human
Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes
tersebut, yaitu :
1.
Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi
antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency
Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa
seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
disebut seropositif.
2. Western Blot
Assay
Mengenali
antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Indirect
Immunoflouresence
Pengganti
pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno
Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency
Virus (HIV)
Penentuan
langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak
perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24,
pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi
kadar p24 pada penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat
rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari
menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini
digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus. Pemeriksaan
kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan
viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus ( viral burden
)
AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem
kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan
runtuhnya/hancurnya sel-sel limfosit T karena kekurangan sel T, maka penderita
mudah sekali terserang infeksi dan kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk
orang normal tidak berarti. Jadi
bukan AIDS nya sendiri yang menyebabkan kematian penderita, melainkan infeksi
dan kanker yang dideritanya.
HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan
orang yang mengidap virus tersebut dan terdapat kontak langsung dengan darah
atau produk darah dan cairan tubuh lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk melalui luka atau lecet
pada mulut rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran darah pria jika pada
genitalnya ada luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi untuk
terinfeksi, namun juga vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan melalui
kontak langsung darah dengan darah, seperti jarum suntik (pecandu obat narkotik
suntikan), transfusi darah/produk darah dan ibu hamil ke bayinya saat
melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak sehari-hari seperti
berjabat tangan, mencium, gels bekas dipakai penderita, handuk atau melalui
closet umum, karena virus ini sangat rapuh.
Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya
tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang
tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan
sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem
kekebalan tubuh.
Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan
parah, seseorang yang mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala
AIDS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar