Jumat, 18 November 2011

Materi Sistem Imun


SISTEM IMUN



KONSEP UMUM


Sistem imun






Non spesifik                                                                                        Spesifik








Fisis/mekanik              Larut               Seluler                                     Humoral          Seluler

















                                    Biokimia                     Fagosit                    Limfosit B     Limfosit T
Kulit                            As. Lambung              Makrofag                                            Th1-2
Membran mukosa        Ludah                          Monosit                                               Tc
Batuk                          Lisozim                       Neutrofil                                             Tdh
Bersin                          Laktoferin                   Basofil                                                 Ts
Silia                                                                
                                    Humoral                     SEL Null
                                    Komplemen                 Sel NK (Natural Killer )
                                    Interferon                    Sel K (Killer)
                                    CRP
                                                                        Mediator
                                                                        Basofil
                                                                        Masosit
                                                                        Trombosit


SISTEM IMUN NON SPESIFIK
Merupakan pertahanan tubuh terdepan terhadap substansi asing yang masuk ke dalam tubuh. Sistem imun ini non spesifik karena tidak memilih substansi atau mikroorganisme tertentu untuk dihancurkan. Sistem imun non spesifik bekerja paling cepat, sementara sistem imun non spesifik membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dg substansi yg masuk. Sistem imun non spesifik terdiri dari :

Pertahanan fisis dan Mekanis
Kulit, membran mukosa, mekanisme bersin, mekanisme batuk dan silia pada sal pernafasan adalah kekuatan fisik dan mekanis yang dimiliki tubuh untuk menolak substansi asing yang akan masuk. Ketika barier fisik/mekanik ini rusak maka risiko infeksi akan makin besar pada orang tersebut. Contoh : ketika kulit terbuka karena luka maka kuman akan lebih mudah menginfeksi, ketika reflek batuk hilang maka sal nafas akan lebih cepat mengalami infeksi

Pertahanan Larut
Biokimia
Cairan dalam bentuk enzim atau larutan biokimia yang disekresikan oleh selaput lendir atau kelenjar dalam tubuh melindungi tubuh dari substansi asing. Misal : HCl yg dikeluarkan oleh lambung. Lisozim oleh kel. Keringat, ludah, air mata dan ASI melindungi tubuh dari infeksi kuman gram positif karena mampu menghancurkan dinding kuman tersebut. Laktoferin dan Asam Neurominik dalam ASI mencegah infeksi Bakteri E. Coli sehingga bayi terhindar dari diare.Lisozim yg dilepas makrofag melindungi tubuh dari infeksi kuman gram negatif. Laktoferitin dan Transferin dalam serum mengikat zat besi yg dipakai untuk kehidupan kuman pseudomonas.

Humoral
Pertahanan larut yg bersifat humoral terdiri dari rangkaian protein terdiri dari :
-    Komplemen

Komplemen adalah suatu rangkaian protein yang berfungsi untuk :
-          mengaktifkan fagosit oleh makrofag
-          membantu merusak bakteri dan parasit
-          opsonisasi.
Opsonisasi adalah menyelimuti bakteri sehingga bakteri tersebut seperti berada dalam kapsul dan dapat dikenal oleh makrofag. Selanjutnya komplemen melepas bahan kemotaksis yang dikenal oleh makrofag dan makrofag tertarik kearah bakteri yg telah diopsonisasi tersebut lalu melakukan fagosit. Kerja komplemen non spesifik tapi didukung oleh sistem imun spesifik. Protein dalam komplemen utamanya ada 11 jenis yaitu C1, C2, C3.......C9, B dan D.


-          Interferon
Interferon adalah rangkaian glikoprotein yg dihasilkan oleh berbagai sel manusia untuk melawan infeksi virus. Cara kerja interferon :
-          Menginduksi sel disekitar sel yg diserang virus sehingga sel tersebut resisten dari virus yg menyerang sel didekatnya.
-          Mengaktifkan Sel NK untuk membunuh virus dan sel kanker

-          CRP (C-Reaktif Protein)

C-RP adalah rangkaian protein yg dibentuk tubuh ketika tubuh diserang infeksi. Cara kerja C-RP : melakukan opsonisasi mikroorganisme dan mengaktifkan komplemen untuk melakukan opsonisasi.




Pertahanan Non spesifik seluler
Fagosit
Sel-sel imun yang berfungsi sebagai fagosit diperankan oleh sel darah putih terutama SDP bersel tunggal (Mononuklear) seperti Monosit dan Makrofag serta yang inti sel banyak (Polimorfonuklear) seperti Neutrofil. Fagositosis terdiri dari tahapan :
-          Kemotaksis : sel-sel tertarik ke arah Mikro organisme karena sifat-sifat kimia yg dimiliki oleh dinding sel MO tsb.
-          Menangkap : MO diselubungi oleh sel fagosit sehingga terperangkap
-          Membunuh : mediator kimia berupa enzim dan bakterisidal dikeluarkan oleh sel fagosit sehingga MO tersebut mati
-          Mencerna : didalam plasma sel fagosit MO yg mati dicerna oleh organel sel

-          Neutrofil
-          Netrofil sewaktu masuk ke jaringan sudah dalam bentuk sel matur, shg begitu ada partikel asing ia akan menempel pada partikel tsb dan menonjolkan pseudopadia serta menyelimuti partikel dg pseudopadia hg partikel tsb menembus membran sel dan membentuk fagosom yg mengapung di sitoplasma. Satu Netrofil : 5 – 10 bakteri

-     Monosit & Makrofag
-          Mampu memfagosit 100 bakteri
-          Bekerja lebih lambat dari netrofil
-          Dalam sel Netrofil : Partikel + Enzim Proteolitik + Bakterisidal
-          Dalam sel monosit : Partikel + Enzim Proteolitik + Enzim Lipase + Bakterisidal
-          Bakterisidal : H2O2, Superoksida, Ion Hidroksil.

-     Eosinofil
  • Bertugas membunuh parasit
  • Menempel pada larva parasit lalu mengeluarkan enzim hidrolitik, oksigen yg sgt reaktif, polipeptida larvasidal
  • Eosinofilia juga terjadi pada orang alergi.
  • Eosinofil bertugas memfagosit komplek abtibodi-alergen dan mendetoksifikasi produk radang

Sel Mediator
Sel mediator adalah sel-sel yg berfungsi sebagai perantara untuk mengaktifkan sistem imun. Dalam pertahanan infeksi sel mediator berperan untuk melepaskan mediator kimia sehingga sel-sel fagosit dapat dimobilisasi kearah mikroorganisme infeksi. Salah satu mediator adalah Basofil

-  Basofil        
  • Basofil berperan dalam respon radang dan alergi
  • Pada respon radang basofil mengeluarkan produk radang y-I : Histamin, Bradikinin, serotonin, heparin, substansi anafilaktif lambat, sejumlah enzim lisosom
  • Pada reaksi alergi basofil berperan sbg tempat menempelnya IgE

Sel Null
Sel null adalah sel limfosit tetapi bekerja tidak spesifik oleh karena itu sel ini dianggap sel limfosit generasi ketiga. Sel Null terdiri dari Sel NK yang  tugasnya adalah menghancurkan virus dan sel kanker dengan bantuan interferon dan sel K yang tugasnya menghancurkan MO atau substansi asing dengan antuan Imnoglogulin.


SISTEM IMUN SPESIFIK

Dikatakan sistem imun spesifik karena tugasnya mengenal benda asing yg spesifik untuk dirinya. Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri tetapi umumnya berkolaborasi dg sistem imun non spesifik. Ada banyak jenis antibodi spesifik yg dihasilkan oleh tubuh sebanyak antigen yang pernah masuk kedalam tubuh orang tersebut. Sel imun spesifik ada yang bersifat humoral dan ada yg bersifat seluler.

Humoral --à Limfosit B
Limfosit B berasal dari stem sel darah di sumsum tulang yg berproliferasi dalam bentuk limfoblast kemudian matang dalam bentuk Limfosit B (juga Limfosit T). Limfosit B berada dalam plasma darah dan bertugas membentuk Antibodi.  Antibodi adalah rangkaian glikoprotein yang dikeluarkan oleh sel limfosit B setelah ia bersentuhan dengan antigen. Sehingga antibodi spesifik untuk antigen spesifik. Olehkarena itu ketika seseorang dikemudian hari diserang oleh MO yg sama maka limfosit B akan lebih cepat mengeluarkan antibodi karena antigennya sudah pernah dikenal. Antibodi sering dinamai juga sebagai Imunoglobulin atau Ig. Secara umum jenis-jenis Ig ada :
  1. IgG : adalah imunoglobulin yg paling banyak dalam serum juga terdapat pada cairan serebrospinal dan urine. IgG ibu dapat menembus plasenta dan bertahan sampai usia 6 -9 bln setelah lahir sehingga IgG berfungsi sebagai sistem imun bayi baru lahir yg didapat dari ibu. Fungsi IgG : mengaktifkan komplemen, membantu monosit & makrofag dan respon inflamasi.
  2. IgA : didalam serum sedikit. Banyak di lendir sal nafas, sal kemih, air mata, keringat, ludah dan kolostrum. Ig A tidak menembus plasenta. Fungsi IgA : menetralisir toksin bakteri dan virus.
  3. IgM : IgM berada dalam serum tetapi tidak dapat menembus plasenta. Bayi baru lahir mempunyai IgM 10% dari orang dewasa tetapi dapat lebih tinggi jika intrauterin ia terinfeksi oleh sifilis, rubella, toxo atau CMV.  IgM bayi akan sama dg orang dewasa ketika berumur 1 tahun. Fungsi IgM : sebagai reseptor limfosit B sehingga Limfosit B mengenal antigen yg masuk, mengikat komplemen, mencegah gerakan antigen, aglutinin antigen.
  4. IgD : kadarnya sangat rendah dalam darah. Fungsi : antibodi terhadap antigen makanan, auto-antigen dan reseptor antigen seperti IgM.
  5. IgE : kadarnya sedikit dalam darah, ada juga di sal cerna dan sal nafas. Ig E bersifat mudah diikat oleh sel-sel fagosit dan mediator. Fungsi : mengenal antigen parasit misalnya  cacing dan respon alergi.


REAKSI HYPERSENSITIFITAS


Reaksi Hypersensitifitas adalah suatu kondisi yang merujuk pada pengeluaran, kerusakan, ketidaknyamanan dan bisa jadi suatu yang fatal akibat reaksi yang dihasilkan oleh sistem imun normal. Reaksi hypersensitifitas berdasarkan mekanisme dan waktu berjalannya reaksi terdiri dari 4 tipe yaitu Tipe I, II, III, IV. Umumnya kondisi klinis bisa menunjukkan lebih dari 1 tipe reaksi.

Reaksi Hypersensitifitas Tipe I
Reaksi ini dikenal juga sebagai reaksi Immediate atau Anaphilaktik. Reaksinya dapat berupa kelainan kulit dalam bentuk Urtikaria dan eksim, mata konjungtivitis, nasofaring rhinorea dan rhinitis, jaringan bronkhopulmoner asthma, saluran cerna gastroenteritis. Reaksi bisa muncul dalam bentuk keluhan ringan, sedang hingga berat yang menyebabkan kematian. Waktu terjadinya kurang lebih 15 – 30 menit setelah kontak dengan antigen dan akan hilang biasanya dalam waktu 10 – 12 jam kemudian.
Reaksi Anafilaktik diperantarai oleh IgE dengan komponen sel imun utama Basofil dan mastosit. Selanjutnya reaksi dibantu oleh platelet, netrofil dan eosinofil. Hasil biopsi menunjukkan tempat yang mengalami reaksi ini dipenuhi eosinofil dan mastosit. Antigen dalam rekasi tipe I disebut sebagai Allergen.
Mekanisme Reaksi :

Allergen à dikenal oleh IgE à ikatan Antigen + Antibody à dikenali oleh reseptor pd dinding sel mast dan basofil à menempel à merangsang pengeluaran mediator


MEDIATOR

REAKSI

Histamin

Bronkokonstriksi, sekresi mukus, vasodilatasi pembuluh darah, permeabilitas vaskuler meningkat

Tryptase

Proteolitik,

kininogenase

Kinin dan vasodilatasi, permeabilitas vaskuler meningkat, edema

Tetrapeptide

Mengaktifkan eosinofil dan netrofil

Leukotrine B4

Mengaktifkan basofil

Leukotrine C4, D4

Sama dg histamine tapi 1000x lebih kuat

Prostaglandine D2

Edema dan nyeri

PAF
Agregrasi platelet dan pelepasan heparin, mikrotrombus
Penatalaksanaan simptomatik dengan memberikan Antihistamin untuk memblokir reseptor histamin, selanjutnya kolaborasi untuk penatalaksanaan lanjutan. Chromolyn Sodium untuk menghambat degranulasi sel mast. Untuk bronkokonstriksi jangka pendek dapat diberikan bronkodilator misalnya inhalant dengan terbutaline, albuterol.  Untuk rekasi lanjut  bronkokonstriksi dapat diberikan blokade leukotrine dg leukotrine reseptor blocker (singulair, accolate) atau inhibitor cyclooxigenase seperti zileutoin, atau thophylline. Pada kondisi yang mengancam nyawa, penatalaksanaan sesuai prosedur kegawatdaruratan (ABCD).

Treatmen modalitas meskipun belum dapat dijelaskan secara detail namun telah terbukti dapat mengurangi gejala alergi bahkan menghilangkannya dilakukan dengan sengatan lebah, dan memberikan serbuk sari (pollen). Mekanismenya meskipun belum begitu jelas diduga berkaitan dengan meningkatnya kadar IgG yang memblokir reaksi dan menghilangkan gejala serta aktifitas sel Ts yang menghambat peran IgE.


Reaksi Hypersensitifitas Tipe II
Reaksi tipe II disebut juga reaksi Cytotoxic. Reaksi ini terjadi pada jaringan maupun organ. Antibodi yang dilibatkan adalah IgM dan IgG dibantu oleh komplemen, sel fagosit dan sel K. Antigen yang menimbulkan reaksi ini dapat endogen maupun eksogen (hapten). Pada reaksi tipe II dibentuk Antibodi terhadap antigen yang umumnya merupakan bagian sel tubuh manusia sendiri. Waktu terjadinya beberapa menit hingga beberapa jam. Contoh reaksi tipe II : kerusakan sel darah merah karena tranfusi, Anemia hemolitik pada bayi baru lahir atau orang dewasa akibat obat tertentu (penisilin, Sulfonilamid, Kinin), Miastenia Gravis, Tirotoksikosis, pemphigus desmosmosome.

Reaksi ini dapat ditreatment dengan dan Anti-Inflamasi dan Imunosupresive.


Reaksi Hypersensitifitas Tipe III
Reaksi tipe III disebut juga reaksi imun kompleks. Reaksi dapat terjadi secara umum dalam bentuk serum sickness atau khusus pada organ semisal kulit (Lupus Eritematosus Systemic), Ginjal (Lupus Nephritis), Paru (Aspergillosis), Pembuluh Darah (Polyarteritis), Sendi (Rheumatoid Artritis), Reaksi mungkin melibatkan mikroorganisme patogen. Reaksi terjadi 3 – 10 jam setelah terpapar antigen. Diperantarai oleh kompleks imun dengan antibodi utama yang terlibat adalah IgG juga IgM. Antigen bisa eksogen (bakteri, virus atau parasit) atau endogen (khusus SLE).

Antigen eksogen/endogenà aktifkan IgG, IgM, Komplemen à kompleks imun
            Mengendap di jaringan
            Aktifkan neutrofil                               Reaksi inflamasi
            Agregasi platelet

Treatmen dengan Antiinflamasi

Reaksi Hypersensitifitas Tipe IV
Disebut juga reaksi mediasi sel atau hypersensitifitas tipe lambat. Timbul setelah 24 jam terpapar antigen. Reaksi timbul karena antigen merangsang Th1 sehingga Th1 merangsang Tc untuk menghancurkan antigen dan melepas mediator Limfokin yang mengaktifkan Makrofag. Makrofag yg aktif melepas mediator sitokin dan enzim yang merusak jaringan. Jika Antigen kontak makin lama, maka makrofag akan terus aktif menimbulkan kerusakan jaringan. Jenis Reaksi Tipe IV :

JENIS

WAKTU

KLINIS

SEL YG TERLIBAT

TEMPAT & ANTIGEN

Kontak

48 – 72 J

Eksim, edema epidermis
Limfosit, makrofag
Epidermal : Kimia, tumbuhan, logam, etc

Tes Mantoux

48 – 72 J

Indurasi lokal
Limfosit, monosit, makrofag
Intradermal :
PPD, Tuberkulin

Granuloma

21 – 28 hari

Pengerasan
Makrofag, epite, giant sel, fibrosis
Bag. Tubuh tt : TB,

Treatmen dengan Kortikosteroid atau agent imunosupresif lainnya.


TABEL PERBEDAAN TIPE REAKSI HYPERSENTIFITAS




KARAKTERISTIK
TIPE I
ANAFILAKTIK
TIPE II
CYTOTOXIC
TIPE III
KOMPLEK IMUN
TIPE IV
LAMBAT

Antibody

IgE

IgG, IgM

IgG, IgM

Tidak ada

Antigen

Eksogen

Permukaan sel

Terlarut

Jaringan & organ

Waktu respon

15 – 30 menit

Menit - jam

3 – 8 jam

48 – 72 jam
hari

Tampilan Klinis

Cepat & singkat

Lisis & nekrosis

Eritema, edema, nekrosis

Eritema dan indurasi

Histologi

Basofl dan eosinofil

Antibody & komplemen

Komplemen & Netrofil

Monosit dan Limfosit

Perantara

Antibody

Antibody

Antibody

Sel T

Contoh Kasus

Alergi, Astma Alergi
Eritroblastosis, Anemia hemolitik
SLE, Lupus Nefritis
Mantoux tes, TBC, Dermatitis kontak, eksim





                                               

Merokok Penyebab Kerusakan Genetika Dalam Hitungan Menit Setelah Menghirup

Asap rokok mulai menyebabkan kerusakan genetik dalam beberapa menit - tidak tahun setelah inhalasi ke paru-paru, menunjukkan penelitian baru. Dalam penelitian digambarkan sebagai ' peringatan keras' bagi mereka yang tergoda untuk mulai merokok, para ilmuwan melaporkan bahwa asap rokok mulai menyebabkan kerusakan genetika dalam beberapa menit - tidak tahun setelah inhalasi ke paru-paru. Hal ini disebabkan karena zat tertentu dalam tembakau yang merusak DNA berhubungan dengan kanker.

Bukti lain yang ditunjukkan oleh Stephan S. Hecth, Ph. D bahwa zat berbahaya dalam asap tembakau disebut hidrokarbon aromatik polisiklik, atau PAH, adalah salah satu penyebab dalam menyebabkan kanker paru-paru. Para ilmuwan menambahkan PAH berlabel, fenantrena yang cepat membentuk zat beracun dalam darah diketahui sampah DNA., yang menyebabkan mutasi sehingga dapt menyebabkan kanker. Para perokok sendiri mengembangkan tingkat maximum zat dalam kerangka waktu yang mengejutkan bahkan para peneliti. Hanya 15-30 ment setelah para relawan selesai merokok. para peneliti mengatakan efek yang begitu cepat bahwa hal itu setara dengan suntikan zat tersebut langsung ke dalam aliran darah.